Header Ads

test

MULIANYA MANUSIA YANG BERCITA - CITA MENJADI PENYEJUK DAN PENDAMAI UMATNYA DALAM SETIAP KEHADIRANNYA {KABAR GEMBIRA}

ILUSTRASI MANUSIA BIASA PROFILE PUBLIC FIGURE
International Photo Kyai Maulana Requirements and Good Dressing Methods

"APAPUN GELAR MANUSIA JADIKAN NETRAL PADA PORSI SALING MENGHORMATI DAN MEMBERI TAULADAN YANG TERBAIK BAGI UMAT. HINDARI MENGKHULTUSKAN MANUSIA YANG AKAN MENYEBABKAN SYIRIK DAN SESAT. HANYA PADA ALLAH S.W.T {ZAT 1 MAHA} KITA SEBAGAI UMAT BERSERAH DIRI BUKAN PADA MANUSIA. DICUKUPKAN."

Oleh : Kyai Zen Meiji


"ALANGKAH MULIA TIDAK BERGELAR MAUPUN BERGELAR DAPAT MENJADI PENYEJUK DAN PENDAMAI UMATNYA DALAM SETIAP KEHADIRANNYA. DICUKUPKAN."

Oleh : Kyai Zen Meiji


DOA BELIA.u
WASIAT untuk Anak dan Cucu Keturunanku {HAFALKAN !!!}

Ya Allah S.W.T
Berikanlah aku (Nuky Rusianto) umur yang panjang selalu
Ampunilah dosa - dosaku
Terimalah segala amal ibadahku
Jauhkanlah dari siksa kuburku
Lancarkanlah Sirotol Mustaqimku
Dekatkanlah dengan Malaikat yang baik hati dan lemah lembut Malaikat Jibril, Mikail dan Ridwan
Masukkan SyurgaMU
Buatkanlah rumah yang indah, rumah yang megah dan rumah yang istimewa
di DUNIA maupun di AKHIRAT
Cukupilah segala kebutuhanku di SyurgaMU

Ya Allah S.W.T
Berikanlah aku (Nuky Rusianto) umur yang panjang selalu
Lebihkanlah Rizqiku
Lebihkanlah Timbangan Akhiratku (Nilaiku)
Lebihkanlah AURAku
Lebihkanlah Kharismaku
Lebihkanlah Wibawaku
Lebihkanlah ILMUku
Lebihkanlah daya tarikku
Lebihkanlah derajatku
Lebihkanlah kekayaanku
Lipat gandakan hartaku
Lebihkanlah Warisanku
Lancarkanlah Sirotol Mustaqimku
Dekatkanlah dengan Malaikat yang baik hati dan lemah lembut Malaikat Jibril, Mikail dan Ridwan
Masukkan SyurgaMU
Buatkanlah rumah yang indah, rumah yang megah dan rumah yang istimewa
di DUNIA maupun di AKHIRAT
Cukupilah segala kebutuhanku di SyurgaMU

Ya Allah S.W.T
Mudahkanlah urusan dunia dan akhirat
Muhammad Yuki Sakti Airlangga
{Maulana Muhammad Al Mahdi Yuki Sakti Airlangga}
Cariza Nadira
Nafiz Arakata
dan
Sakura

"AMIEN (Semoga Allah S.W.T mendengarku dan mengabulkanku)"

“Allahummah dini fi man hadait, wa ‘afini fiman ‘afait, wa tawallani fi man tawallait, wa barik li fi ma a’thait, wa qini syarra ma qadhait, fa innaka taqdhi wa la yuqdha ‘alaik, wa innahu la yazillu man wa lait, wa la ya’izzu man ‘adait, tabarakta rabbana wa ta’alait, fa lakal hamdu a’la ma qadhait, wa astagfiruka wa atubu ilaik, wa shallallahu ‘ala sayyidina muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam”
“Ya Allah tunjukanlah aku sebagaimana mereka yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah kesehatan kepadaku sebagaimana mereka yang telah Engkau berikan kesehatan. Peliharalah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau lindungi. Berikanlah keberkahan kepadaku pada apa yang telah Engkau berikan. Selamatkanlah aku dari bahaya kejahatan yang telah Engkau tentukan. Engkaulah yang menghukum dan bukan dihukum. Tidak hina orang yang Engkau jadikan pemimpin. Tidak mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau. Bagi-Mu segala pujian di atas apa yang Engkau tentukan. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-MU. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan karunia atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.

Terjadi pencampuradukan makna dan fungsi sejumlah kata “Ahlulbait”, “Dzuriyah”, “Habib”, “Sayyid”, dan “Alawi”, secara sengaja ataupun tidak sengaja, yang bisa menimbulkan kesalahpahaman. Hadits / Hadis Tsaqalain (bahasa Arab: حديث الثقلين) adalah sebuah hadis yang sangat masyhur dan mutawatir dari Nabi Muhammad Saw. yang bersabda, “Sesungguhnya kutinggalkan dua pusaka bagi kalian, Kitab Allah (Al-Qur’an) dan itrahku (Ahlulbait). Keduanya tidak akan terpisah sampai hari kiamat.”

Hadis ini diterima oleh seluruh kaum Muslimin, baik Syiah maupun Sunni, dan termaktub dalam kitab-kitab hadis dari kedua mazhab besar tersebut. Dalam Kamus-Kamus Abad Pertengahan, Bahasa Arab Kontemporer, Al-Ra’id, Lisan Al-Arab, Kamus Sekitarnya disebutkan bahwa “Al-Itrah” adalah keturunan.

Ahlulbait adalah sebutan khusus bagi orang-orang tertentu yang telah ditetapkan secara eksplisit berdasarkan banyak riwayat mutawatir, yang diterima seluruh umat Islam, antara lain Hadis Kisa’. Dari sini kata Ahlulbait dipastikan sebagai sebutan untuk Nabi S.A.W., Ali bin Abi Thalib, Fatimah serta kedua putranya, Al-Hasan dan Al-Husain.


DZURRIYAH

Keturunan Nabi kerap disebut “Dzurriyah Rasul”. Kata dzurriyah berasal dari dzarrah yang bisa berarti “benih” atau “benda sangat kecil”. Dzurriyah berarti benih manusia alias keturunan. Kata ini mengandung makna general yang meliputi setiap orang yang lahir dari keturunan Nabi. Secara primer, kata dzurriyah bersifat netral tidak memuat makna penghormatan karena bisa digunakan untuk setiap keturunan. Dalam al-Qur’an kata dzurriyah digunakan dalam banyak ayat. Masyarakat mencintai mereka karena keteladanan mereka menjadi PENYEJUK dan PENDAMAI.


HABIB

Kata lain yang kerap diidentikkan dengan “Ahlulbait” adalah sebutan Habib. Habib serumpun dengan Hubb, kata bahasa Arab yang bermakna “cinta”. Habib adalah kata Arab semakna dengan mahbub yang berarti “dicintai”. Pada makna primer, Tuhan adalah Yang Dicintai. Dialah Pemilik Tunggal sifat Habib. Inilah makna “Tauhid fil Mahabbah”. 

Secara ontologis cinta hanyalah bermakna hubungan vertikal. Cinta dengan makna hubungan horisontal bersifat metafora dan tak sejati. Cinta vertikal bermakna kebergantungan akibat (makhluk, hamba) kepada Tuhan dan hamba-hamba suci pilihan-Nya. Cinta horisontal bermakna saling membutuhkan antar sesama makhluk.

Cinta vertikal dari sisi Tuhan sebagai Kausa Prima, dan entitas termulia di bawah-Nya, berupa pelimpahan cahaya dalam kewenangan mutlak. Dari sisi hamba, cinta vertikal berupa penyerapan cahaya dalam kepatuhan mutlak karena cahaya Allah hanya dipancarkan oleh cahaya terdekat.

Nabi S.A.W., adalah entitas termulia setelah Allah SWT. Sebagai pribadi yang memperoleh kewenangan dari Allah, ia wajib dicintai. Dialah habib kedua (dalam makna vertikal) setelah Allah SWT sekaligus habib pertama di antara semua hamba-Nya. Pemilik berikutnya hak dipatuhi dan dicintai adalah manusia-manusia suci yang ditetapkan sebagai pengawal ajarannya. 

Dengan kata lain, habib adalah predikat dzati (li nafsihi) bagi Allah, dan predikat arazhi (li ghairihi) bagi Nabi S.A.W., kemudian bagi orang-orang suci secara gradual yang ditetapkan oleh Nabi sebagai pemegang kewenangan vertikal. Pemegang wewenang adalah panutan yang dicintai karena wajib dipatuhi.

Nabi SA.W. sang habib utama adalah ALBUM SEMUA BUDI PEKERTI. Dia bukan hanya tak suka disanjung, tapi selalu tenggang rasa dan rendah hati. “Hai orang-orang beriman, jika kau diundang (Nabi), masuklah. Dan setelah makan, pulanglah tanpa asyik memperpanjang obrolan. (Karena) sesungguhnya itu merepotkan Nabi, tapi ia malu (menyuruhmu pulang)…” (QS 33:53).

Sedangkan orang-orang yang secara determinan terlahir dalam garis biologis yang bersambung dengan Nabi Muhammad S.A.W. BUKANLAH HABIB SEJATI. Mereka adalah HABIB I'TIBARI, yang dipanggil habib bukan karena kewenangan, tapi karena “diharapkan” mengikuti jejak Nabi dan para manusia suci yang terhubung secara nasab dengannya.

Dalam tradisi umat semula predikat habib hanya disematkan pada sebagian keturunan Nabi yang dinilai berperan penting di tengah masyarakat alim, guru agama, pendakwah, pesuluk dan tokoh masyarakat, seperti Habib Husin Luar Batang, Habib Idrus Aljufri Palu dan Habib Lutfi bin Yahya. Artinya, TIDAK SEMUA ORANG YANG DIKENAL SEBAGAI CUCU NABI S.A.W DIGELARI DAN DIPANGGIL HABIB.

Dalam sejarah Indonesia sebelum dan setelah kemerdekaan banyak tokoh dzuriryah yang sukses menjaga kehormatan gelar habib dalam pandangan dan tindakan. Masyarakat mencintai mereka karena keteladanan mereka menjadi PENYEJUK dan PENDAMAI. Tapi kini ia menjadi semacam gelar massal untuk setiap Alawi sehingga kerap menimbulkan kebingungan dan kesemrawutan.


SAYYID

Serumpun dengan habib adalah gelar “sayyid”, sebuah kata yang berasal dari kata baku (mashdar) siyadah atau kata kerja lampau sada (dengan fathah dan alif setelah huruf sin), berarti “menguasai” dan “memimpin”.

Karena penghargaan abadi kepada para tokoh Ahlul-Bait itulah, setiap alawi atau yang memiliki garis keturunan yang terbukti membimbing umat juga dipanggil dengan predikat “sayyid”. Artinya, gelar ini bukanlah semata-mata penghargaan dan pemujaan simbolik, namun juga isyarat dan mekanisme alami untuk senantiasa mengingatkan mereka yang merasa berasal dari garis nasab Ahlul-Bait untuk senantiasa mewakafkan diri sebagai abdi dan pemandu umat.

Sayyid sejati sangat berjiwa rakyat, peka terhadap derita umat, dan pantang dilayani, apalagi minta disanjung. Penghormatan dan pengistimewaan umat terhadap para alawi karena kontribusi dan pengorbanan mereka demi umat. Masyarakat mencintai mereka karena keteladanan mereka menjadi PENYEJUK dan PENDAMAI.


ALAWI

Kata-kata “Alawi” dan “Alawiyin” juga kerap dikaitkan dengan Ahlulbait oleh banyak orang. Kata ini adalah kata nisbah yang dikaitkan dengan nama Ali bin Abi Thalib. Seseorang disebut alawi karena lahir dari keturunan menantu Nabi itu juga sebutan bagi orang yang dikenal sebagai orang yang meyakini Ali sebagai juru bicara Nabi S.A.W., alias Syiah.

Kini gelar-gelar mulia itu seolah menjadi sarana meraih kekuasaan dan alat mengais harta bagi segelintir orang yang tak memenuhi syarat keteladanan dan tak punya kiprah positif di tengah masyarakat. Beberapa pemajang gelar habib bukan hanya tak layak menyandangnya, tapi juga tak layak disebut Ahlulbait dan itrah (karena itu sebutan khusus). Juga tak layak digelari sayyid dan habib karena gagal menjaga kehormatan gelar dan atribut habib, sayyid, dan dzurriyah Nabi, meski secara genetik tetaplah dzurriyah.

Apabila peran dan kontribusi nirlaba ini tidak lagi diberikannya, maka seorang Alawi tidak patut menunggu orang memanggilnya dengan “sang pemimpin” (sayyid). Artinya, ada kalanya seorang Alawi tidak menyandang predikat “Sayyid”. Banyak orang berhak dipanggil Sayyid dan Habib, namun menyembunyikannya karena menganggapnya sebagai beban moral yang berat. 

Memperlakukan beberapa orang yang namanya tak tercantum sebagai anggota Ahlulbait sebagai Ahlulbait hanya karena dipanggil dengan sebutan mulia yang kerap tak harmonis dengan pandangan, pernyataan dan perilakunya mendelegitimasi posisi sakral, sentral dan ekseklusif figur-figur suci Ahlulbait yang dimuliakan oleh umat Islam dengan ragam kelompok dan alirannya generasi demi generasi sebagai teladan, model dan kader-kader utama Nabi S.A.W. Penghuni rumah tentulah lebih memahami isi rumahnya. Masyarakat mencintai mereka karena keteladanan mereka menjadi PENYEJUK dan PENDAMAI.

Di sisi lain, penyalahgunaan gelar dan posisi juga kegemaran pamer adalah perilaku purba sebelum kesayyidan dikenal. Perilaku negatif ini juga tak hanya terjadi dalam urusan kesayyidan. Tak sedikit Sayyid yang berperilaku rasional dan anti pamer justru mengalami diskriminasi dan perlakuan rasial yang menimbulkan trauma sekeluarga berkepanjangan. Generalisasi adalah falasi paling jorok dan membinasakan.

Gelar nasab berbeda dengan gelar pendidikan. Ia adalah sesuatu yang determinan. Ia bukanlah prestasi dan bukan pula gawang aneka cemooh berbalut kritik. Siapa pun, bergelar Sayyid, atau tak bergelar, TIDAK PERLU DISANJUNG JUGA TIDAK USAH DISINGGUNG. Yang bergelar BERPOTENSI SOMBONG, dan tak bergelar BERPELUANG DENGKI.

(Red. pc27)

***** BUSINESS GREETINGS *****

Company {NRi PSM Group international}
General Supplier and Contractor
SK.MENKEH & HAM RI AHU-0052706-AH.01.15 Tahun 2019
SK.MENKEH & HAM RI C-484.HT.03.01-th.03-INFINITE.SK.PSPN 2099/ORG/PEN/13.
SIUP : 503/10764.4/436.6.11/2013-INFINITE
NIB 9120207751094

Foundation PETUAH ORANG TUA PEDULI IDE
Education, Social and Health Foundation
Acting Prosecutor Prof.DR.Dr.Hc.KH.Abdul Rasyid,S.H.,M.Hum.,MM.,PhD
Ref.RM.79318728 Ref.RM.SD002801
Notary Deed Herman Soesilo, S.H.
SK. MENKEH dan HAM RI
No. C-1815.HT.03.01-Th.2002.Tanggal 08 November 2002
SK. Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor : 502-XVII-2006. Tanggal 18 Desember 2006
Tanggal 1 Agustus 2013. Nomor. 4

Organization {Non Governmental Organization} PERKUMPULAN PEMUDA PEDULI IDE
Contractor and Consultant
Yang Berhubungan dengan Industri (YBDI)
Notary Deed Dadang Koesboediwitjaksono, S.H.
SK. MENKEH dan HAM RI
No. C-484.HT.03.01 – Th. 2003
Tanggal 21 Februari 2008. Nomor. 5

NPWP:72.743.537.2-615.000
banner